Kerinduan Abadi untuk Fathimah Az-Zahra

Selamat Datang Fathimah

 

A. Rumah Tempat Dilahirkannya Fathimah Az-Zahra

Banyak sekali tempat tinggal yang dimiliki oleh keluarga besar Bani Abdul Muthalib radiallahu anhu di seluruh semenanjung Arab. Demikian juga di kota Mekkah al-Mukarramah. Akan tetapi rumah yang paling besar dan luas adalah rumah milik Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam. Rumah itu kelihatan agung dan mencolok yang terletak di antara salah satu sudut kota Mekkah.

Di dekat rumah itulah terdapat rumah suci Baitul Haram. Baitul Haram atau rumah suci ini adalah pusat penyebaran agama sekaligus pusat komunikasi. Di sinilah titik permulaan dan pertemuan itu berlangsung. Karena disini juga terdapat peninggalan para nabi dan rasul terdahulu. Di sini pula tempat berkumpulnya para wali Allah dan orang-orang saleh.

Ini adalah sebuah rumah yang sangat luas seluruh penjurunya. Hal ini tentu saja seimbang dengan kekayaan yang dimiliki oleh Khadijah binti Khuwailid radiallahu anhu. Rumah itu agak rendah beberapa dzira’ kalau dibandingkan jalanan umum yang menjadi tempat lalu lalang orang. Sehingga setiap orang yang hendak memasuki rumah itu mesti turun dari jalanan dan melewati tangga terlebih dahulu. Disamping itu ada ruangan yang sangat luas sebagai tempat bercengkrama dan santai suami-isteri ini beserta anak-anaknya.

Disisi lain ada pula tempat dikhususkan oleh Sayyidah Khadijah radiallahu anhu untuk menyimpan barang dagangannya. Kalau barang dagangan itu sudah habis atau dibawa pergi, maka digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu.(1)

(1) Kitab Fathimah az-Zahra karya Muhammad ‘Athiyyah Khumaira al-Mahami.

 

 


B. Selamat Datang Wahai Fathimah ! (Kelahiran Yang Penuh Berkah)

Dari rumah yang luhur dan mulai ini, di sebuah malam Jumat, hari raya bagi kaum muslimin dan muslimah, tanggal 20 Jumadil Akhir, lima tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi utusan Allah.

Tiba-tiba terdengarlah suara yang sangat menggembirakan. Terdengar pula suara bergemuruh dari kaum perempuan. Tentu saja para tetangga yang ada di sebelah kiri dan kanan rumah itu terjaga dan bertanya-tanya ada apa gerangan?

Khadijah telah melahirkan. Seorang pemimpin bangsa Arab yang disegani tekah melahirkan. Lantas jenis kelamin apa anak yang dilahirkan oleh pemimpin perempuan ini? Yang dilahirkan adalah pemimpin perempuan (sayyidah) pula.

Namun perlu diketahui bahwa bangsa Arab itu sama sekali tidak pernah mengindahkan kelahiran seorang anak perempuan. Mereka tidak menganggap kabar gembira untuk kelahiran anak perempuan. Hal ini telah digambarkan oleh AlQuran sendiri:

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.

(QS. An-Nahl:58)

Akan tetapi mengapa kelahiran anak perempuan ini terasa begitu istimewa, dan mampu mengubah tradisi bangsa Arab yang terkutuk itu?

Rahasia apa yang terkandungdi dalam anak ini sehingga menjadikan seluruh bangsa Arab itu merasa gembira dengan kelahirannya?

Sesungguhnya dia bukanlah anak perempuan pertama yang dilahirkan oleh Khadijah dari hasil pernikahannya dengan Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam. Sebelumnya telah lahir saudari tua Fathimah yang bernama Zainab. Anak gadis yang bernama Zainab ini tumbuh besar dan dewasa. Di masa jahiliyah dia pernah menikah dengan seorang laki-laki bernama Abu al_ash bin al-Rabi,’ salah satu sepupunya.

Sementara, saudara Fathimah az-Zahra’ yang kedua dan ketiga masing-masing bernama Ruqayyah dan Ummi Kultsum itu dinikahi oleh ‘Utsman bin Affan. Ruqayyah dinikahi Utsman ketika berada di Mekkah. Dan kemudian dia hijrah ke Habasyah. Ketika Ruqayyah meninggal, Utsman menikahi Ummi Kultsum ketika sudah berhijrah ke kota Madinah. Hal ini dilakukan stelah pecahnya perang Badar pada tahu kedua hijrah.

Kemudian tibalah masanya kelahiran anak perempuan yang dilimpahi berkah ini. Dia adalah puteri bungsu Nabi Sallahu alaihi Wasallam. Mulut para warga Arab sungguh terkunci. Mereka merasakan keterkejutan dan keheranan tatkala melihat Rasulullah besyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Betapa hati Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam serasa melayang ke angkasa saking gembiranya. Beliau sangat bersuka cita dan gembira dengan kelahiran ini. Beliau mengangkat kedua tangannya ke langit dan memanjatkan doa yang disertai tetesan air mata kebahagiaan seorang ayah. Selepas sujud, dengan spontan beliau menatap ke arah orang-orang yang berada di sekelilingnya dan berkata: “Anakku ini bernama Fathimah.”

Ucapan Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam ini merasuk ke dalam lubuk hati setiap orang yang mendengarnya, dan mengaliur ke sekujur tubuh mereka laksana air yang mengaliri urat-urat yang gersang dan tidak pernah tersirami air. Ini adalah sebuah titik mula perubahan terhadap paham keagamaan Jahiliyah yang diwariskan dari adat istiadat yang bersifat kesukuan, klasik, dan terbelakang. Sebuah adat yang berpegang pada kepercayaan akan kekuatan, kedahsyatan, kejantanan, kepahlawanan, dan kepemudaan. Sehingga setiap perempuan pada saat itu selalu menjadi celaan bagi keluarga, sasaran tuduhan nista, dan selalu menganggap merekalah sumber kemiskinan dan kelaparan.

Namun semua anggapan yang bertumpu pada kekerasan dan kekejaman ini roboh total dengan suara gemuruh kaum Arab yang menandakan kegembiraan itu. Tatkala sebuah hakikat kebenran tersingkap, maka hilanglah segala prasangka keliru, kebodohan, keterbelakangan. Sebagaimana juga kegelapan akan sirna bila berhadapan dengan cerahnya cahaya fajar dan sinar matahari di waktu pagi.

Bukankah lahirnya puteri Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam ini merupakan salah satu lantaran turunnya sebuah ayat Alquran yang berisi kecaman. ancaman, celaan, penghinaan; dan pelecehan kepada orang-orang yang mengikuti adat-istiadat buruk tersebut. Karena adat istiadat itu telah menguasai akal dan hati mereka. Sehingga mereka sudah tidak bisa berpikir dan merenung secara jernih lagi.

Mereka bahkan melakukan sebuah tindakan keji yang tidak pernah dikenal dalam sejarah umat manusia. Sebuah tindakan keji yang memisahkan mereka dari kasih sayang dan rahmat. Hal ini dijelaskan Allah dalam sebuat ayat:

Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya.

(QS. At-Takwir: 8)

Maka jelas sudah, kelahiran puteri Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam merupakan titik awal perubahan dalam sebuah kebiasaan yang berawal dari adat-istiadat yang dirundung kegelapan seperti penghinaan  kepada kaum perempuan dan memandang rendah kepada mereka. Praktek ini sudah menjadi undang-undang yang wajib diikuti oleh setiap penduduk Arab waktu itu.

Dari pengungkapan di atas, terlihat sekali betapa Nabi Muhammad Sallahu alaihi Wasallam mengumumkan kebahagiaannya dengan penuh suka cita atas kelahiran puterinya yang berlimpah berkah ini. Ini adalah sebuah pengumuman yang membangkitkan kesadaran baru bahwa kesadaran tersebut senantiasa menghormati setiap anak yang lahir di era baru ini.

Karena itulah, di era baru ini setiap perempuan dilahirkan di bawah naungan timbangan keadilan persamaan hak dan kewajiban dengan kaum laki-laki. Setiap perempuan yang beriman kepada Allah, maka Allah adalah Tuhannya, Islam adalah agamanya, Muhammad Sallahu alaihi Wasallam adalah nabi dan rasul-Nya. Hal ini berlaku sepanjang masa. Hal ini juga berlaku di setiap tempat.

Fathimah radiallahu anhu adalah simbol seruan kebangkitan ini. Dia juga merupakan simbol kebebasan manusia dari segala nilai Jahiliyah yang merendahkan perempuan atau merendahkan kedudukannya dibandingkan kaum laki-laki.

Akan tetapi apakah Anda mengetahui kenapa puteri Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam ini dinamakan Fathimah radiallahu anhu ?

Sesungguhnya dia dinamakan Fathimah adalah karena Allah akan menyapih (fathama) orang yang mencintainya dari api neraka. (2)

(2) Al-Kulaini, Ushul al-Kafi 1/461. Riwayat Abu Hurairah.

Dalam sebuah riwayat lain disebutkan: “Dinamakan Fathimah radiallahu anhu karena Allah menyapihnya dari keburukan. Kalau saja tidak ada Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu, maka seluruh muka bumi ini tidak ada satu laki-laki pun yang sederajat dengannya (untuk menjadi suaminya). (3)

(3) Ibid 1/460. Riwayat Abu Abdullah.

Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ja’far dan ahli baitnya yang mulia. Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam bersabda:

Dia dinamakan Fathimah athimah radiallahu anhu karena dia dan pengikutnya disapih/dipisahkam (futhimat) dari api neraka. (4)

(4) Ibid, 1/458. Riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq

Yang dimaksud dengan pengikutnya disini adalah orang yang mencintainya, menolongnya, dan mendukungnya. Kandungan hadis ini sejalan dengan kandungan hadis sebelumnya. Karena orang yang menjadi pengikutnya adalah orang yang mencintainya.

Hadis-hadis yang mulia ini, beserta hadis-hadis lain menunjukkan kepada kita tentang perhatian yang diberikan Allah kepada sayyidah yang suci ini bisa dilihat dari permulaan namanya hingga kewafatannya, Allah memuliakannya.

Dari namanya saja sudah bisa dilihat betapa besarperhatian, perlindungan, dan pengasuhan dari Allah. Ini juga merupakan isyarat yang sangat jelas tentang perhatian dan pengasuhan Tuhan kepada pemilik nama ini, sejak awal mula dia mengirup udara kehidupan.

 

 

Kerinduan Abadi untuk Fathimah Az-Zahra (Opening)

cropped-img_20180408_201752_456.jpg

Sebenarnya sih bingung saya harus memulai dari mana. Tapi saya fikir alangkah baiknya saya menjelaskan terlebih dahulu mengapa saya suka dengan buku ini.

  1. Bahasa yang dituangkan ke dalam buku ini mudah dipahami. Dulu beli buku ini sejak dari SMA kelas 2. Lumayan dulu lebih sering buku novel terjemahan lalu saya menemukan buku ini. Diulas seperti novel namun dibukukan layaknya biografi kisah teladan salah satu dari 4 wanita terbaik di dunia dan putri kesayangan Rasulullah.
  2. Bab pembahasannya sistematis dan melalui pendekatan kronologis. Untuk menggambarkan kehidupan Fathimah Az-Zahra, dimulai dari lingkungan dan adat istiadat dimana beliau lahir. Kemudian pembahasan berlanjut pada kelahirannya, masa kecil, masa remaja, hijrah, pernikahannya dengan Imam Ali hingga wafatnya beliau.
  3. Banyak beberapa pembahasan ini juga tak lepas dari standar-standar penulisan ilmiah, penelitian terhadap teks-teks riwayat, dan penisbatannya kepada periwayatannya sehingga pembaca disini bisa merasa tenang dan penuh kepercayaan. Selain itu pula ketika membacanya pembaca disini bisa mengambil beberapa substansi dari itu semua dengan kesadaran hati dan rasa cinta terhadap sosok yang selalu dirindukan umatnya ini. Dan sosok yang selalu dirindukan dan dicintai inilah pantaslah menjadi sosok yang patut kita teladani.
  4. Membaca buku ini tentu saya paham dan jelas bahwa Fathimah lahir dari Rasulullah & Khadijah. Ayah yang jelas dari laki-laki terbaik dan Ibunya pun juga dari wanita terbaik pula. Tak hanya menampilkan pembahasan Fatimah saja, Rasulullah sebagai ayahnya pun diulas bagaimana mendidik Fathimah begitu mulianya dengan melantunkan ayat-ayat AlQuran dan menanamkan nilai-nilai AlQuran berkembang di hati dan akal Fathimah Az-Zahra.

Hanya 4 point saja yang kenapa saya suka buku ini. Well, Insya Allah blog berikutnya saya akan membahasnya per bab buku ini. Karena menurut saya kurang afdol bila sekadar “cerita umum” Fathimah Az-Zahra itu sendiri layak resensi buku pada umumnya. Kurang dan lebihnya cerita ini mudah-mudahan ada yang bisa membantu melengkapinya.

 

Syukran…

Yuk Kaji Q.S. An-Nur: 11-20

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(11). إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚلَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖبَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚلِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚوَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.

(12). لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu’minin dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.”

(13). لَوْلَا جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ ۚفَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُولَٰئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.

(14). وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.

(15). إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.

(16). وَلَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَٰذَا سُبْحَانَكَ هَٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ
Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.”

(17). يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman,

(18). وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ ۚوَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(19). إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚوَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.

(20). وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).

  • Keterangan:

560) Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah saw. ‘Aisyah ra. Ummul Mukminin, setelah perang dengan Bani Mustaliq pada bulan Sya’ban 5 H. Peperangan itu diikuti kaum munafik dan turut pula ‘Aisyah ra, dengan Nabi saw. berdasarkan undian yang diadakan di antara istri-istri beliau. Dalam perjalanan kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. ‘Aisyah r.a. keluar sekedupnya untuk keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang, lalu dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa “Aisyah ra. masih ada dalam sekedup. Setelah ‘Aisyah ra, mengetahui sekedupnya sudah berangkat, dia duduk di tempatnya dan mengharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat di tempat itu seorang sahabat Nabi, Safwan ibnu Mu’attal, ditemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan, “Innä lillahi wa innă ilaihi raji ün, istri Rasul!” Aisyah ra. terbangun. Lalu dia dipersilakan oleh Safwan mengendarai untanya. Safwan beralan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus kaum munafik membesar-besarkannya, maka fitnah atas ‘Aisyah ra. itu pun bertambah luas, sehingga menimbulkan keguncangan di kalangan kaum muslimin. (Pada ayat 11)

  • Asbabun Nuzul ayat: 11-12

Dari Aisyah bahwa ayat ini tentang peristiwa Aisyah yang kalungnya hilang dan dituduh melakukan perbuatan keji dengan seorang sahabat. Ayat ini turun yang menyatakan kesucian Aisyah (HR. Bukhari Muslim)

  • Conclusion from all over those ayat:
  1. Pada ayat-ayat diatas jelas bahwa berita bohong atau melakukan fitnah itu hukumnya haram dan dilarang. Di akhir zaman seperti ini sudah banyak maraknya ghibah, berita hoax di social media ataupun di media tv.
  2. Jangan suuzon terhadap apa yang kamu lihat atau dengar yang belum tentu kebenarannya.
  3. Untuk mengetahui seseorang atau lebih itu melakukan perkara atas yang diperbuatnya, setidaknya bawalah 4 saksi atas kejadian tersebut. Dan itu masih berlaku hingga saat ini.
  4. Akan ditimpa azab yang pedih fitnah di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang melakukan fitnah apapun bentuk dan jenisnya.
  5. Jika kamu orang yang beriman, hendaknya tahu bahwa melakukan fitnah itu adalah dosa besar dan janganlah kembali mengulang kesalahan yang sama.

Sahabat, mungkin ayat-ayat ini terus mengulang betapa Fitnah itu sangatlah berpengaruh buruk terhadap kelangsungan hidup kita. Jangan merasa minder kalau kamu kurang gaul dan up to date dengan berita-berita teman kita yang digosipin. Dan jangan pula ketika banyak teman-teman kita banyak nuduh yang engga-engga terhadap kita, malah jadinya kita yang kebakaran jenggot.

Padahal kalau kita memang termasuk orang-orang beriman, akidah akhlaq itu wajib kita ketahui. Maksudnya akidah disini apa yang kita yakini terhadap hal tersebut. Dan pastinya itu akan mengikat kepada akhlak. Untuk itu kita harus tahu mana yang haq & bathil serta ketika ada kejadian seperti ini, kita harus mencontohi kisah Aisyah r.a. dari penggalan-penggalan ayat diatas yang menanggapi fitnah orang-orang musyrik secara bijak yaitu harus dengan menahan emosi.

So,

better speak a good word or remain silent. -Prophet Muhammad (peace be upon him)

Sumber:

  • Kajian Tahsin Ustadzah Lilis Masjid Baitul Mu’min Bandung
  • Mushaf latin Al-Hadi

Kapan Mau Hijrah ??

Setahun lalu, disentil dengan kata-kata kek gini, bawaannya pura-pura denger nasehat temen mulu. Hehe…

Eh, gataunya saya beneran hijrah. Sempat ingat banget temen baik saya menyampaikan beberapa hal penting mengenai segeranya berHijrah.

Teman-teman, kalo kita mau berubah, temannya harus berubah juga. Kalo teman kita peminum, terus kita mau berhenti minum, tapi semua teman kita masih tukang minum, kira-kira apa kita bisa berubah??

Teman sesungguhnya menarik kita pada sebuah keadaan. Jika ingin berubah, carilah teman yang baik.

Pintar-pintarlah memilih teman, karena teman kita akan menunjukkan siapa diri kita dan masa depan kita.

“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati dengan siapa ia berteman.” (HR. Tirmidzi)

“Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang saleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berbicara yang buruk.” (HR. Al-Hakim)

Dalam hadist yang lain (Bukhari & Muslim) disebutkan bahwa perumpamaan teman yang baik ibarat berteman dengan seorang penjual minyak wangi, dan perumpaan teman yang buruk ibarat berteman dengan seorang pandai besi.

Teman-teman, mungkin orang tua kita pernah memberi nasihat kepada kita untuk kita harus pintar dalam memilih teman. Mungkin kita berpikir, bukannya jadi sombong ya kalau pilih-pilih teman?

Namun perlu kita garisbawahi adalah, terdapat fakta bahwa sedari kecil tidak ada orang yang tidak mencari teman. Mungkin secara lisan dia mengatakan bahwa dia tidak memilih2 teman, dan dia berteman dengan siapa saja. Namun sebenarnya dia memang tidak memilih teman menurut alam sadarnya, namun secara naluri dia memilih.

Teman-teman, ayo coba pandanglah teman-teman sekitar kita sekarang. Mereka adalah teman-teman yang kita pilih secara naluri, bukan hanya karena nyaman, tapi karena mungkin kita dan mereka memiliki misi yang sama, kecintaan terhadap sesuatu yang sama, hobi yang sama, atau mungkin klub sepakbola yang sama. Karena sesungguhnya jiwa itu berkelompok. Dan naluri kitalah yang memilih siapa teman kita.

Sejujurnya dari kecil kita memilih teman. Karena sekarang kita ingin berubah, yuk secara sadar kita belajar memilih teman yang benar. Seyogyanya kita memilih teman yang bisa jadi motivasi kita untuk berbuat lebih. Jangan cari teman yang malas, jangan cari teman yang pasrah dengan keadaan, jangan cari teman yang tidak suka akan kajian Islam/Rohis, dsb.

Kita pasti malu kalau dalam sekelompok kita, semua teman kita sukses, sedang kitanya biasa saja. Kita tentu akan terpacu untuk mengejar kesuksesan tsb, atau setidaknya dengan berteman bersama mereka, kita bisa belajar bagaimana mereka bisa sukses.

Boleh jadi ada yang berkilah “Engga juga kan yang penting kita bisa punya benteng diri, jadinya ga terpengaruh sama teman-teman yang negatif.”

Pendapat tersebut benar, namun mari kita tanyakan pada diri; jika sama-sama berteman, sama-sama menghabiskan waktu di sebuah tempat, sama-sama bertukar pendapat, dan lain sebagainya. Lantas mengapa kita tetap berteman dengan orang yang tidak membuat kita berkembang, malah justru membuat kita terpuruk dan tidak mengenal nilai-nilai agama?

Semoga kita semua diberikan kesadaran untuk memilih teman-teman/jamaah/golongan yang shaleh dan shalehah. Aamiin…

Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh. (Q.S. Asy-Syu’ara(26):83)

 

*Tips dari teman saya ini ketika memulai hijrah dan ingin mepertahankan hijrahnya adalah sebagai berikut:

  1. Tidak ada kata kapan dan kapanSegerakan saja untuk berhijrah!                        

     Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali-Imran (3):133)

  2. Buat list hal-hal apa saja yang dirasa membuat kita menjadi tidak baik, lalu segera tinggalkan. (Memang berat sih, kalo kita ingin berhijrah kita harus berani meninggalkan. Nanti hal-hal yang baiklah yang akan menjadi gantinya)
  3. Salah satu hal yang terpenting ketika ingin berhijrah adalah didukung dengan lingkungan yang kondusif, atau pertemanan, atau bahkan pasangan suami/istri.

Syukron banyak buat salah satu teman baik saya ini (maaf ga akan saya sebutin namanya). Biar Allah, saya dan teman saya ini yang mengetahuinya :)))

1522679444560

Kenapa “Yuk Mentoring”

Jika seseorang mengalahkanmu (mengunggulimu) dalam urusan dunia, maka kalahkanlah (ungguli) dia dalam urusan akhirat.

               Pasti sudah ga asing lagi dengan kutipan ini. Yup ini adalah kutipan terkenal dari seorang Al Hasan Al Basri. Tapi mungkin kutipan inilah yang sangat berpengaruh besar bagi umat Islam sampai saat ini.

                    Bagaimana bisa ? Kalian pasti tau sendiri menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim, terutama jika hal tersebut diperlukan agar umat muslim dapat menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Itu tuntutan paling mendasar. Hanya di jaman serba canggih ini dan kebutuhan gadget dan lifestyle menyamai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok, menuntut ilmu seakan menjadi kebutuhan sekedar ‘formalitas’ semata. Macem kuliah umum di salah satu matkul yg cuma pengen dapetin nilai terbagus dari dosen yang bersangkutan.

               Begitu pula mentoring. Nama ini sebenarnya udah ga asing lagi ditelinga, apalagi yang mungkin dulunya kamu anak rohis atau dkm sekolah atau kampusmu. Saya cuma mensharingkan saja kenapa pointnya berada pada ‘Mentoring’. Dulu saya begitu mengenal rohis di SMA dan kampus. Yang paling sering saya ikuti lebih ke mentoring pada saat SMA. Alhamdulillah saya beserta beberapa alumni DKM Daarul Fikri SMAN 24 Bandung menjalin ukhuwah Islamiyah yang erat hingga silaturahim diantara kami tak pernah terputus untuk bertemu dan reuni bersama mereka.

               Yang pernah mengalami masa-masa anak rohis jaman ‘baheula’ alias dulu, mentoring merupakan kegiatan yang ga bisa dilewatin oleh anggota rohis pada masanya. Menuntut ilmu agama itu penting. Karena bagi seorang muslim, dasar dari segala ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sedangkan puncak dari segala ilmu adalah takut kepada Allah.

Bukankah kita diperintahkan oleh Allah untuk selalu bertaqwa di manapun kita berada sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam At-Taubah ayat 119:                                                                                                                                                         ”Wahai orang-orang yang beriman, Bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu berada bersama-sama orang-orang yang benar.”

image by @islamfy

 

           Sayangnya, mentoring ini semakin hari semakin tak ada keberadaannya oleh jaman mengingat kita mengenal hal-hal baru yang lebih menarik dari mentoring. Padahal apa bedanya dengan jaman sekarang misal yang muda-mudi mencari ilmu dengan pergi ke kajian Ustad Evie Effendi yang lagi ngehits Se-Bandung malah Se-Indonesia, atau ke Kajian Ustad Hanan Attaki yang sudah duluan terkenal. Pasti yang hobi ke kajian juga punya niat tersendiri untuk pergi kesana.

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari & Muslim).

                Nah, hadis barusan menjelaskan betapa kuatnya Niat yang kita tanamkan dalam diri kita karena Allah dan Rasul-Nya. Dan pastinya selalu ada upaya memperbaiki diri dan langkah dimulai dari segala niat.

             Mungkin saja bukan masalah niat itu yang diperhatikan, bisa jadi ada ‘something’ berupa penolakan dari hati yang biasanya yang baru mengikuti mentoring itu ga suka berlama-lama dalam pembahasan materi mentoring. Karena pada dasarnya ga semua materi mentoring itu bisa diikuti oleh mereka-mereka yang mengikuti kegiatannya. Contoh pembahasan materi tentang ‘Haramnya Pacaran di Kalangan Muda’ yang bisa jadi materi ini sangat krusial dikalangan remaja saat ini. Padahal kalau memang hukumnya jelas pasti ada penjelasan dalilnya. Ini juga ada loh sabda Rasulullah SAW yang memerintahkan kita untuk menyampaikan walau hanya satu ayat.

                                                                                                                                         آيَةً وَلَوْ عَنِّى بَلِّغُوا

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

 

          Sharing pengalaman aja dulu sistematika ‘Mentoring’ itu ada dari pembukaan salam, tadarus Qur’an, penyampaian materi basic mentoring, diskusi materi yang sudah disampaikan, menyimpulkan materi yang sudah disampaikan, penambahan waktu buat setor hapalan Qur’an (jika ada waktu senggang), selesai (doa akhir majlis). Dulu mentoring dibentuk kelompok-kelompok kecil (biasanya terdiri dari 3-5 orang + 1 orang tentor/pembimbing), dan biasanya di kegiatan mentoring ini segala hal bisa kita utarakan, mulai dari permasalahan kita di rumah, kost-kostan/kontrakan, permasalahan pribadi kita, sampai keluhan-keluhan kita semuanya bisa dicurhatkan di sini.

              Adapun manfaat dari mentoring tersebut biasanya menambah luas wawasan Islam kita, menjaga tali silaturahim dengan saudara-saudara seperjuangan kita di jalan-Nya, dan tujuan hidup kita pun jadi semakin terarah apabila sesuai dengan niat yang diupayakan untuk Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan. Semoga selalu tercurahkan pahala dan rahmat menyertai hamba-hamba-Nya yang sedang menimba ilmu di-Jalan-Nya.

Nah, berhubung blog saya tidak serumit dan sepaket dengan serangkaian sistematika mentoring pada umumnya seperti diatas. Jadi yang bakal saya sampaikan adalah lebih cenderung akun blog dakwah atau penyampaian ilmu agama secara umum dan diskusi-diskusi materi lainnya. Semoga Allah memudahkan kita untuk beramal jariyah di jalan-Nya. Aamiin Yaa Rabb.

 

Sumber:

  • Nutrisi Jiwa (Islamic Food Combaining For Ur Sould and Mind) Forum Komunikasi Dakwah Universitas Padjadjaran;
  • Selebihnya dikembangin oleh saya sendiri^^v

 

 

 

 

Welcome April !

Assalamualaikum April !

Alhamdulillah dirimu kembali ketika diriku diberi nikmat sehat dan syukur oleh-Nya sampai saat ini.

Kamu, selalu yang ku nanti.

Bukan menunggu hari ulang tahunku nanti.

Ini hanya pertanda mengingat usiaku semakin berkurang dan semakin banyak dosa-dosaku yang tak kusadari.

Mengingat belum banyak bershodaqoh jariyah diri ini.

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

 

Opening

Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan kecintaan kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam dakwah-Mu, dan berjanji setia untuk membela syari’at-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, Ya Allah, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukanlah jalannya dan penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifah-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung sebaik-baik penolong. Amin. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Muhammad, keluarganya dan semua sahabatnya.

This Blog Special I Wanted to Thank

 

For Allah Subhanahu Wa ta’ala for blessing me and my family much more than I deserve. And of course, Muhammad SAW peace upon for him.

For my father, who tried his very best not to be his worst.

For my mother, who made her child sure she is very best mom in the world.

For my big brother, who gained my spirit every single he suggested everything.

For my little sister, who made cherish my day beyond her school spirits.

For my sister-in-law, who understood mostly what women’s problem.

For my lovely nephew, who made me laugh how adorable he is.

And

For my friends everywhere, best of luck there! (Especially for Zeniar, Riska Noor, Dinda, Mentari, Lia, Citra, Halilah, Firah, Daud, M.Resna, Muhsin, Yogi, Fernando, Bernard, Adelia, Neng Novia).

For my friends in ukhuwa DKM Daarul Fikri SMAN 24 Bandung 2011 and another alumni (Especially for Asyifau, Fathiya, Annisa, Mulki, Ika, Naddia, Lia, Nunung, Novi, Meymey, Hariz, Riam, Alm.Ujang, Kang Faisal, Kang Anwar, Kang Tegar, Teh Intan, Teh Tina, Teh Kamil, Teh Silmi, Teh Licke, and etc).

For my friends in my office in Bank Mandiri Taspen back then (especially Selly, Nadia, Cikal, Lia, Icha, Risma, ect.)

For my friends in my current office in SMP Alfa Centauri Bandung (Especially Bu Ana, Bu Dewi, Bu Mamay, Pak Rangga, Pak Firman, Mr.Eggy, Ms.Novia, Bu Dwi, Bu Irene, Bu Atun, Bu Ansri, Bu Ika).

And Last but not least for some other my friends who gave me moodbooster “Let’s make a move” on this blog.

Syukron.

May Allah Bless you.