Selamat Datang Fathimah
A. Rumah Tempat Dilahirkannya Fathimah Az-Zahra
Banyak sekali tempat tinggal yang dimiliki oleh keluarga besar Bani Abdul Muthalib radiallahu anhu di seluruh semenanjung Arab. Demikian juga di kota Mekkah al-Mukarramah. Akan tetapi rumah yang paling besar dan luas adalah rumah milik Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam. Rumah itu kelihatan agung dan mencolok yang terletak di antara salah satu sudut kota Mekkah.
Di dekat rumah itulah terdapat rumah suci Baitul Haram. Baitul Haram atau rumah suci ini adalah pusat penyebaran agama sekaligus pusat komunikasi. Di sinilah titik permulaan dan pertemuan itu berlangsung. Karena disini juga terdapat peninggalan para nabi dan rasul terdahulu. Di sini pula tempat berkumpulnya para wali Allah dan orang-orang saleh.
Ini adalah sebuah rumah yang sangat luas seluruh penjurunya. Hal ini tentu saja seimbang dengan kekayaan yang dimiliki oleh Khadijah binti Khuwailid radiallahu anhu. Rumah itu agak rendah beberapa dzira’ kalau dibandingkan jalanan umum yang menjadi tempat lalu lalang orang. Sehingga setiap orang yang hendak memasuki rumah itu mesti turun dari jalanan dan melewati tangga terlebih dahulu. Disamping itu ada ruangan yang sangat luas sebagai tempat bercengkrama dan santai suami-isteri ini beserta anak-anaknya.
Disisi lain ada pula tempat dikhususkan oleh Sayyidah Khadijah radiallahu anhu untuk menyimpan barang dagangannya. Kalau barang dagangan itu sudah habis atau dibawa pergi, maka digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu.(1)
(1) Kitab Fathimah az-Zahra karya Muhammad ‘Athiyyah Khumaira al-Mahami.
B. Selamat Datang Wahai Fathimah ! (Kelahiran Yang Penuh Berkah)
Dari rumah yang luhur dan mulai ini, di sebuah malam Jumat, hari raya bagi kaum muslimin dan muslimah, tanggal 20 Jumadil Akhir, lima tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi utusan Allah.
Tiba-tiba terdengarlah suara yang sangat menggembirakan. Terdengar pula suara bergemuruh dari kaum perempuan. Tentu saja para tetangga yang ada di sebelah kiri dan kanan rumah itu terjaga dan bertanya-tanya ada apa gerangan?
Khadijah telah melahirkan. Seorang pemimpin bangsa Arab yang disegani tekah melahirkan. Lantas jenis kelamin apa anak yang dilahirkan oleh pemimpin perempuan ini? Yang dilahirkan adalah pemimpin perempuan (sayyidah) pula.
Namun perlu diketahui bahwa bangsa Arab itu sama sekali tidak pernah mengindahkan kelahiran seorang anak perempuan. Mereka tidak menganggap kabar gembira untuk kelahiran anak perempuan. Hal ini telah digambarkan oleh AlQuran sendiri:
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
(QS. An-Nahl:58)
Akan tetapi mengapa kelahiran anak perempuan ini terasa begitu istimewa, dan mampu mengubah tradisi bangsa Arab yang terkutuk itu?
Rahasia apa yang terkandungdi dalam anak ini sehingga menjadikan seluruh bangsa Arab itu merasa gembira dengan kelahirannya?
Sesungguhnya dia bukanlah anak perempuan pertama yang dilahirkan oleh Khadijah dari hasil pernikahannya dengan Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam. Sebelumnya telah lahir saudari tua Fathimah yang bernama Zainab. Anak gadis yang bernama Zainab ini tumbuh besar dan dewasa. Di masa jahiliyah dia pernah menikah dengan seorang laki-laki bernama Abu al_ash bin al-Rabi,’ salah satu sepupunya.
Sementara, saudara Fathimah az-Zahra’ yang kedua dan ketiga masing-masing bernama Ruqayyah dan Ummi Kultsum itu dinikahi oleh ‘Utsman bin Affan. Ruqayyah dinikahi Utsman ketika berada di Mekkah. Dan kemudian dia hijrah ke Habasyah. Ketika Ruqayyah meninggal, Utsman menikahi Ummi Kultsum ketika sudah berhijrah ke kota Madinah. Hal ini dilakukan stelah pecahnya perang Badar pada tahu kedua hijrah.
Kemudian tibalah masanya kelahiran anak perempuan yang dilimpahi berkah ini. Dia adalah puteri bungsu Nabi Sallahu alaihi Wasallam. Mulut para warga Arab sungguh terkunci. Mereka merasakan keterkejutan dan keheranan tatkala melihat Rasulullah besyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Betapa hati Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam serasa melayang ke angkasa saking gembiranya. Beliau sangat bersuka cita dan gembira dengan kelahiran ini. Beliau mengangkat kedua tangannya ke langit dan memanjatkan doa yang disertai tetesan air mata kebahagiaan seorang ayah. Selepas sujud, dengan spontan beliau menatap ke arah orang-orang yang berada di sekelilingnya dan berkata: “Anakku ini bernama Fathimah.”
Ucapan Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam ini merasuk ke dalam lubuk hati setiap orang yang mendengarnya, dan mengaliur ke sekujur tubuh mereka laksana air yang mengaliri urat-urat yang gersang dan tidak pernah tersirami air. Ini adalah sebuah titik mula perubahan terhadap paham keagamaan Jahiliyah yang diwariskan dari adat istiadat yang bersifat kesukuan, klasik, dan terbelakang. Sebuah adat yang berpegang pada kepercayaan akan kekuatan, kedahsyatan, kejantanan, kepahlawanan, dan kepemudaan. Sehingga setiap perempuan pada saat itu selalu menjadi celaan bagi keluarga, sasaran tuduhan nista, dan selalu menganggap merekalah sumber kemiskinan dan kelaparan.
Namun semua anggapan yang bertumpu pada kekerasan dan kekejaman ini roboh total dengan suara gemuruh kaum Arab yang menandakan kegembiraan itu. Tatkala sebuah hakikat kebenran tersingkap, maka hilanglah segala prasangka keliru, kebodohan, keterbelakangan. Sebagaimana juga kegelapan akan sirna bila berhadapan dengan cerahnya cahaya fajar dan sinar matahari di waktu pagi.
Bukankah lahirnya puteri Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam ini merupakan salah satu lantaran turunnya sebuah ayat Alquran yang berisi kecaman. ancaman, celaan, penghinaan; dan pelecehan kepada orang-orang yang mengikuti adat-istiadat buruk tersebut. Karena adat istiadat itu telah menguasai akal dan hati mereka. Sehingga mereka sudah tidak bisa berpikir dan merenung secara jernih lagi.
Mereka bahkan melakukan sebuah tindakan keji yang tidak pernah dikenal dalam sejarah umat manusia. Sebuah tindakan keji yang memisahkan mereka dari kasih sayang dan rahmat. Hal ini dijelaskan Allah dalam sebuat ayat:
Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya.
(QS. At-Takwir: 8)
Maka jelas sudah, kelahiran puteri Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam merupakan titik awal perubahan dalam sebuah kebiasaan yang berawal dari adat-istiadat yang dirundung kegelapan seperti penghinaan kepada kaum perempuan dan memandang rendah kepada mereka. Praktek ini sudah menjadi undang-undang yang wajib diikuti oleh setiap penduduk Arab waktu itu.
Dari pengungkapan di atas, terlihat sekali betapa Nabi Muhammad Sallahu alaihi Wasallam mengumumkan kebahagiaannya dengan penuh suka cita atas kelahiran puterinya yang berlimpah berkah ini. Ini adalah sebuah pengumuman yang membangkitkan kesadaran baru bahwa kesadaran tersebut senantiasa menghormati setiap anak yang lahir di era baru ini.
Karena itulah, di era baru ini setiap perempuan dilahirkan di bawah naungan timbangan keadilan persamaan hak dan kewajiban dengan kaum laki-laki. Setiap perempuan yang beriman kepada Allah, maka Allah adalah Tuhannya, Islam adalah agamanya, Muhammad Sallahu alaihi Wasallam adalah nabi dan rasul-Nya. Hal ini berlaku sepanjang masa. Hal ini juga berlaku di setiap tempat.
Fathimah radiallahu anhu adalah simbol seruan kebangkitan ini. Dia juga merupakan simbol kebebasan manusia dari segala nilai Jahiliyah yang merendahkan perempuan atau merendahkan kedudukannya dibandingkan kaum laki-laki.
Akan tetapi apakah Anda mengetahui kenapa puteri Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam ini dinamakan Fathimah radiallahu anhu ?
Sesungguhnya dia dinamakan Fathimah adalah karena Allah akan menyapih (fathama) orang yang mencintainya dari api neraka. (2)
(2) Al-Kulaini, Ushul al-Kafi 1/461. Riwayat Abu Hurairah.
Dalam sebuah riwayat lain disebutkan: “Dinamakan Fathimah radiallahu anhu karena Allah menyapihnya dari keburukan. Kalau saja tidak ada Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu, maka seluruh muka bumi ini tidak ada satu laki-laki pun yang sederajat dengannya (untuk menjadi suaminya). (3)
(3) Ibid 1/460. Riwayat Abu Abdullah.
Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ja’far dan ahli baitnya yang mulia. Rasulullah Sallahu alaihi Wasallam bersabda:
Dia dinamakan Fathimah athimah radiallahu anhu karena dia dan pengikutnya disapih/dipisahkam (futhimat) dari api neraka. (4)
(4) Ibid, 1/458. Riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq
Yang dimaksud dengan pengikutnya disini adalah orang yang mencintainya, menolongnya, dan mendukungnya. Kandungan hadis ini sejalan dengan kandungan hadis sebelumnya. Karena orang yang menjadi pengikutnya adalah orang yang mencintainya.
Hadis-hadis yang mulia ini, beserta hadis-hadis lain menunjukkan kepada kita tentang perhatian yang diberikan Allah kepada sayyidah yang suci ini bisa dilihat dari permulaan namanya hingga kewafatannya, Allah memuliakannya.
Dari namanya saja sudah bisa dilihat betapa besarperhatian, perlindungan, dan pengasuhan dari Allah. Ini juga merupakan isyarat yang sangat jelas tentang perhatian dan pengasuhan Tuhan kepada pemilik nama ini, sejak awal mula dia mengirup udara kehidupan.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.